Selasa, 23 November 2021

20:25 WIB



 

Tiada kata untuk mewakilkan, rasa yang kian memudar.

Salam hangat buat raga yang jiwanya pernah terluka.

Bibir memaafkan namun sanubari masih mengingatkan.

Tentang kesalahan yang pernah kau gores dan kian membiru menjadi buram.

Kau yang pernah singgah dan bahkan menjadi pelengkap dalam setiap cerita, malam ini aku hadirkan sepucuk surat buatmu. Mohon kau cermati dan jangan kau robek itu Kembali.

Cukup sudah kau menjadi api dalam kertas putih yang berukir kata kata yang mewakilkan perasaanku.

Hadirmu layaknya bayang dalam kegelapan. Ketika sang purnama mulai meredupkan cahayanya, jangan kau tampakkan lagi jika itu hanya akan menyakitkan.

Dari kenangan yang telah kau Lukis dalam hidupku, segeralah bawa pulang dan simpan dalam dalam.

Aku tersadarkan oleh rintikan hujan malam ini yang mengisyaratkan akan sifat terpendammu.

Kau menang memanipulasi cintamu dan mengkelabui mataku akan auramu.

Bukan hanya rayuan manis yang kau lontarkan, bahkan kau mengatasnamakan komitmen untuk cinta palsumu, benarkah itu?